Contoh
kasus bimbingan konseling di SD
kasus bimbingan konseling di SD
Peserta
didik yang berusia antara 6 sampai 12 tahun tentunya berimbas pula pada
permasalahan yang bermunculan pada diri perserta didik. Baik itu maslah dengan
diri sendiri, dengan teman di sekolah, dengan guru dan lingkungan sekolah
sendiri. Dari sekian banyak masalah yang ada pada peserta didik yang ada di
Sekolah Dasar, di sini penulis akan memaparkan 1 permasalahan yanag dihadapi
peserta didik dengan teman dan lingkungannya.
didik yang berusia antara 6 sampai 12 tahun tentunya berimbas pula pada
permasalahan yang bermunculan pada diri perserta didik. Baik itu maslah dengan
diri sendiri, dengan teman di sekolah, dengan guru dan lingkungan sekolah
sendiri. Dari sekian banyak masalah yang ada pada peserta didik yang ada di
Sekolah Dasar, di sini penulis akan memaparkan 1 permasalahan yanag dihadapi
peserta didik dengan teman dan lingkungannya.
Sebagai
insan yang dikaruniai akal, hati dan hawa nafsu tentunya membuat masalah itu
berdatangan dengan mudah seperti tetesan air hujan dari langit. Rasa ingin tahu
yang begitu besar saat melihat sesuatu yang baru atau sesuatu yang sering
dilihat dalam kehidupan sehari hari mendorong peserta didik berkeinginan untuk
mencobanya. Salah satu yang sering dilihatnya adalah aktifitas orangtuanya,
kakaknya dan orang yang ada di sekitarnya ialah merokok. Adanya pemikiran bahwa
merokok itu gaul dan keren membuat banyak peserta didik tidak tahan untuk
mencoba membeli dan kemudian menghisap rokok tersebut. Adanya kandungan zat
adiktif dalam rokok membuat peserta didik sulit sekali lepas dari permasalahan
tersebut.
insan yang dikaruniai akal, hati dan hawa nafsu tentunya membuat masalah itu
berdatangan dengan mudah seperti tetesan air hujan dari langit. Rasa ingin tahu
yang begitu besar saat melihat sesuatu yang baru atau sesuatu yang sering
dilihat dalam kehidupan sehari hari mendorong peserta didik berkeinginan untuk
mencobanya. Salah satu yang sering dilihatnya adalah aktifitas orangtuanya,
kakaknya dan orang yang ada di sekitarnya ialah merokok. Adanya pemikiran bahwa
merokok itu gaul dan keren membuat banyak peserta didik tidak tahan untuk
mencoba membeli dan kemudian menghisap rokok tersebut. Adanya kandungan zat
adiktif dalam rokok membuat peserta didik sulit sekali lepas dari permasalahan
tersebut.
Lebih parah
lagi bahwa merokok yang dilakukan peserta didik menjadi salah satu indicator
dari kenakalan di sekolah yang konsekuensinya
peserta didik akan di cap nakal dan bahkan bukan tidak mungkin akan
berpengaruh negative pada perkembangan peserta didik baik dalam segi prestasi
akademik atau non akademik.
lagi bahwa merokok yang dilakukan peserta didik menjadi salah satu indicator
dari kenakalan di sekolah yang konsekuensinya
peserta didik akan di cap nakal dan bahkan bukan tidak mungkin akan
berpengaruh negative pada perkembangan peserta didik baik dalam segi prestasi
akademik atau non akademik.
Permasalahan
seperti ini biasanya terjadi pada peserta didik laki-laki meskipun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada peserta didik perempuan. Pada saat peserta didik duduk di bangku kelas
4 dewan guru dan konselor sekolah harus mulai waspada akan permasalahan ini,
karna pada pase inilah saat peserta didik berusia 10 tahun, mereka merasa
dirinya sudah dewasa dan ingin melakukan seperti apa yang dilakukan orang
dewasa lainnya yang tak lain salah
satunya adalah merokok. Di sini konselor harus mulai melakukan usaha preventife
dengan cara memberikan penyuluhan akan bahayanya mengkonsumsi rokok baik bagi
kesehatan, prestasi bahkan ekonomi. Konselor harus melakukannya secara rutin
hingga benar benar mampu meyakinkan peserta didik tentang bahayanya
mengkonsumsi rokok sehingga pengetahuan mereka tentang dunia rokok berdampak
pada menjauhkan diri pada rokok bukan malah sebaliknya, peserta didik jadi
ingin mencoba rokok di karnakan proses penyuluhan yang tidak tuntas.
seperti ini biasanya terjadi pada peserta didik laki-laki meskipun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada peserta didik perempuan. Pada saat peserta didik duduk di bangku kelas
4 dewan guru dan konselor sekolah harus mulai waspada akan permasalahan ini,
karna pada pase inilah saat peserta didik berusia 10 tahun, mereka merasa
dirinya sudah dewasa dan ingin melakukan seperti apa yang dilakukan orang
dewasa lainnya yang tak lain salah
satunya adalah merokok. Di sini konselor harus mulai melakukan usaha preventife
dengan cara memberikan penyuluhan akan bahayanya mengkonsumsi rokok baik bagi
kesehatan, prestasi bahkan ekonomi. Konselor harus melakukannya secara rutin
hingga benar benar mampu meyakinkan peserta didik tentang bahayanya
mengkonsumsi rokok sehingga pengetahuan mereka tentang dunia rokok berdampak
pada menjauhkan diri pada rokok bukan malah sebaliknya, peserta didik jadi
ingin mencoba rokok di karnakan proses penyuluhan yang tidak tuntas.
Jika
peserta didik sudah naik ke kelas 5, maka peranan guru / konselor sekolah
melakukan penekanan terhadap materi penyuluhan pada saat peserta didik ada di
kelas 4. Akan tetapi, konselor disini ikut berperan aktif melakukan dialog
dialog terbuka atau tertutup ( 4 mata ) dengan peserta didik dengan tujuan
untuk melakukan observasi secara langsung apakah proses bimbingan/ penyuluhan
yang sudah dilakukan berhasil atau tidak .
peserta didik sudah naik ke kelas 5, maka peranan guru / konselor sekolah
melakukan penekanan terhadap materi penyuluhan pada saat peserta didik ada di
kelas 4. Akan tetapi, konselor disini ikut berperan aktif melakukan dialog
dialog terbuka atau tertutup ( 4 mata ) dengan peserta didik dengan tujuan
untuk melakukan observasi secara langsung apakah proses bimbingan/ penyuluhan
yang sudah dilakukan berhasil atau tidak .
tak ada
gading yang tak retak, ya begitulah ungkapan bijak untuk menyatakan tidak
adanya yang sempurna di dunia ini. Dengan maksud bahwa ternyata pada saat
peserta didik kelas 6, ada peserta didik yang mengkonsumsi rokok. Disinalahh
konselor harus melakukan bimbingan konseling secara intensife dan bekerja sam
dengan pihak sekolah (wali kelas, guru PAI, kepala sekolah ) dan pihak keluarga
peserta didik agar peserta didik mau dan bias meninggalkan kebiasaan
mengkonsumsi rokoknya. Nasehat yang di
sertai ancaman vonis dari sekolah bagi peserta didik yang
mengkonsumsi rokok itupun bias di
sampaikan dalam proses bimbingan konseling
dengan tujuan untuk memberikan efek jera agar peserta didik tidak mengulangi
perbuatannya.
gading yang tak retak, ya begitulah ungkapan bijak untuk menyatakan tidak
adanya yang sempurna di dunia ini. Dengan maksud bahwa ternyata pada saat
peserta didik kelas 6, ada peserta didik yang mengkonsumsi rokok. Disinalahh
konselor harus melakukan bimbingan konseling secara intensife dan bekerja sam
dengan pihak sekolah (wali kelas, guru PAI, kepala sekolah ) dan pihak keluarga
peserta didik agar peserta didik mau dan bias meninggalkan kebiasaan
mengkonsumsi rokoknya. Nasehat yang di
sertai ancaman vonis dari sekolah bagi peserta didik yang
mengkonsumsi rokok itupun bias di
sampaikan dalam proses bimbingan konseling
dengan tujuan untuk memberikan efek jera agar peserta didik tidak mengulangi
perbuatannya.
Sederhana
memang penulis menyampaikan problem dan problem solvingnya hal ini taklain
karna keterbatasan penulis dalam menyampaikam permasalahan yang diharuskan di
utarakan dalam beberapa halaman saja. Bagi para pembaca diharapkan bersikap
bijak dalam membaca makalah ini sehingga mampu mngembangkan apa yang sudah
dibaca dan di sampaikankembali kepada masarakat luas.
memang penulis menyampaikan problem dan problem solvingnya hal ini taklain
karna keterbatasan penulis dalam menyampaikam permasalahan yang diharuskan di
utarakan dalam beberapa halaman saja. Bagi para pembaca diharapkan bersikap
bijak dalam membaca makalah ini sehingga mampu mngembangkan apa yang sudah
dibaca dan di sampaikankembali kepada masarakat luas.
No comments:
Post a Comment