Breaking News

Friday, 2 September 2016

NIKAH

Tulisan ini d kutip dari blog yang lain, semoga bermanfaat ya.
Bismillaah bi-idznillaah

SERI TERAKHIR SEPUTAR PERNIKAHAN

ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺎﺏ

Bagian Kedua pada Bab ini

ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻓﻲ ﺣﻘﻮﻕ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻋﻠﻴﻬﺎ . ﻭﺍﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻲ ﻓﻴﻪ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻧﻮﻉ ﺭﻕ، ﻓﻬﻲ ﺭﻗﻴﻘﺔ ﻟﻪ، ﻓﻌﻠﻴﻬﺎ ﻃﺎﻋﺔ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻣﻄﻠﻘﺎً ﻓﻲ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻃﻠﺐ ﻣﻨﻬﺎ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻣﻤﺎ ﻻ ﻣﻌﺼﻴﺔ ﻓﻴﻪ، ﻭﻗﺪ ﻭﺭﺩ ﻓﻲ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﺣﻖ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺃﺧﺒﺎﺭ ﻛﺜﻴﺮﺓ : ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " ﺃﻳﻤﺎ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻣﺎﺗﺖ ﻭﺯﻭﺟﻬﺎ ﻋﻨﻬﺎ ﺭﺍﺽ ﺩﺧﻠﺖ ﺍﻟﺠﻨﺔ ".

Pandangan tentang hak-hak suami atas isteri. Pendapat Imam Syafi’i dalam hal ini : Sesungguhnya pernikahan adalah bagian dari perbudakan maka status dari seorang istri bagi suaminya adalah sebagai budak maka bagi istri wajib mengikuti suaminya secara mutlaq dalam semua hal yang diminta dari istri selama tidak mengandung unsur ma’siat didalamnya. Telah datang banyak hadits tentang pengagungan hak suami atas isteri. Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersabda : "Mana saja wanita yang meninggal sedang suaminya ridlo kepadanya, niscaya ia masuk surga ."

" ﻭﻛﺎﻥ ﺭﺟﻞ ﻗﺪ ﺧﺮﺝ ﺇﻟﻰ ﺳﻔﺮ ﻭﻋﻬﺪ ﺇﻟﻰ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﺃﻻ ﺗﻨﺰﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺴﻔﻞ ﻭﻛﺎﻥ ﺃﺑﻮﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻷﺳﻔﻞ، ﻓﻤﺮﺽ ﻓﺄﺭﺳﻠﺖ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺇﻟﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺗﺴﺘﺄﺫﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺰﻭﻝ ﺇﻟﻰ ﺃﺑﻴﻬﺎ، ﻓﻘﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " ﺃﻃﻴﻌﻲ ﺯﻭﺟﻚ " ﻓﻤﺎﺕ ﻓﺎﺳﺘﺄﻣﺮﺗﻪ ﻓﻘﺎﻝ " ﺃﻃﻴﻌﻲ ﺯﻭﺟﻚ " ﻓﺪﻓﻦ ﺃﺑﻮﻫﺎ ﻓﺄﺭﺳﻞ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻳﺨﺒﺮﻫﺎ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺪ ﻏﻔﺮ ﻷﺑﻴﻬﺎ ﺑﻄﺎﻋﺘﻬﺎ ﻟﺰﻭﺟﻬﺎ ،

Seorang lelaki bersafar (pergi dari rumah) dan dia berpesan kepada isterinya agar jangan turun dari rumah atas ke bawah, di mana ayah istrinya berada di rumah bawah, kemudian si ayah sakit. Dan wanita ini mengirim berita kepada Rosuulullaah Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam untuk meminta izin turun ke bawah menemui ayahnya. Rosuulullaah Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersabda : "Ta'atilah Suamimu." Kemudian sang ayah meninggal dunia. Wanita ini menanti perintah dari Rosuulullaah Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam, beliaupun kembali bersabda : "Ta'atilah suamimu." Kemudian si ayah dikebumikan, Rosuulullaah Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam mengirim utusan kepada wanita itu untuk mengabarkan bahawa Allaahu Ta'aalaa telah Mengampuni sang ayah itu disebabkan keta'atannya (istri) kepada suaminya .

ﻭﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " ﺇﺫﺍ ﺻﻠﺖ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺧﻤﺴﻬﺎ ﻭﺻﺎﻣﺖ ﺷﻬﺮﻫﺎ ﻭﺣﻔﻈﺖ ﻓﺮﺟﻬﺎ ﻭﺃﻃﺎﻋﺖ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﺩﺧﻠﺖ ﺟﻨﺔ ﺭﺑﻬﺎ " ﻭﺃﺿﺎﻑ ﻃﺎﻋﺔ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﺇﻟﻰ ﻣﺒﺎﻧﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ? ﻭﺫﻛﺮ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻓﻘﺎﻝ " ﺣﺎﻣﻼﺕ ﻭﺍﻟﺪﺍﺕ ﻣﺮﺿﻌﺎﺕ ﺭﺣﻴﻤﺎﺕ ﺑﺄﻭﻻﺩﻫﻦ ﻟﻮﻻ ﻣﺎ ﻳﺄﺗﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺯﻭﺍﺟﻬﻦ ﺩﺧﻞ ﻣﺼﻠﻴﺎﺗﻬﻦ ﺍﻟﺠﻨﺔ " ﻭﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " ﺍﻃﻠﻌﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻓﺈﺫﺍ ﺃﻛﺜﺮ ﺃﻫﻠﻬﺎ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ، ﻓﻘﻠﻦ : ﻟﻢ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ? ﻗﺎﻝ ﻳﻜﺜﺮﻥ ﺍﻟﻠﻌﻨﺔ ﻭﻳﻜﻔﺮﻥ ﺍﻟﻌﺸﻴﺮ " ﻳﻌﻨﻲ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﺍﻟﻤﻌﺎﺷﺮ . ﻭﻓﻲ ﺧﺒﺮ ﺁﺧﺮ " ﺍﻃﻠﻌﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻓﺈﺫﺍ ﺃﻫﻠﻬﺎ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻓﻘﻠﺖ ﺃﻳﻦ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ? ﻗﺎﻝ : ﺷﻐﻠﻬﻦ ﺍﻷﺣﻤﺮﺍﻥ ﺍﻟﺬﻫﺐ ﻭﺍﻟﺰﻋﻔﺮﺍﻥ " ﻳﻌﻨﻲ ﺍﻟﺤﻠﻲ ﻭﻣﺼﺒﻐﺎﺕ ﺍﻟﺜﻴﺎﺏ .

“ Jika seorang wanita selalu menjaga sholat lima waktu, juga berpuasa sebulan (Romadlon), serta menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, Allaahu Ta'aalaa Masukkan ia ke surga.” Maka Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam mengategorikan keta'atan terhadap suami itu kedalam syari'at Islam. Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersabda mengenai wanita : "Wanita-wanita yang mengandung, yang melahirkan, menyusui, mengasihi anak-anaknya, seandainya mereka itu tidak menunaikan hak suami, maka hanya yang mengerjakan sholat saja dari mereka yang masuk surga". Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersabda: "Aku menyaksikan neraka, kebanykan penghuninya adalah wanita. Lalu wanita-wanita itu bertanya: "Mengapakah demikian, wahai Rosuulullaah?" Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam menjawab : "Kebanyakan dari mereka melaknat dan mengingkari (pemberian) suami yang ia bergaul dengannya". Dalam riwayat lain menyebutkan : "Aku (Nabi) melihat ke surga maka sedikit penghuni wanitanya, kemudian aku bertanya : "dimanakah para wanita?" Lalu datang jawaban : "Mereka disibukkan oleh dua merah : emas dan za'faron" , (iaitu perhiasan dan pewarna kain )

ﻭﻗﺎﻟﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ : ﺃﺗﺖ ﻓﺘﺎﺓ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻟﺖ : ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻧﻲ ﻓﺘﺎﺓ ﺃﺧﻄﺐ ﻓﺄﻛﺮﻩ ﺍﻟﺘﺰﻭﻳﺞ، ﻓﻤﺎ ﺣﻖ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ? ﻗﺎﻝ " ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﻓﺮﻗﻪ ﺇﻟﻰ ﻗﺪﻣﻪ ﺻﺪﻳﺪ ﻓﻠﺤﺴﺘﻪ ﻣﺎ ﺃﺩﺕ ﺷﻜﺮﻩ " ﻗﺎﻟﺖ ﺃﻓﻼ ﺃﺗﺰﻭﺝ ? ﻗﺎﻝ " ﺑﻠﻰ ﺗﺰﻭﺟﻲ ﻓﺈﻧﻪ ﺧﻴﺮ " ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ : ﺃﺗﺖ ﺇﻣﺮﺃﺓ ﻣﻦ ﺧﺜﻌﻢ ﺇﻟﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻟﺖ : ﺇﻧﻲ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺃﻳﻢ ﻭﺃﺭﻳﺪ ﺃﻥ ﺃﺗﺰﻭﺝ، ﻓﻤﺎ ﺣﻖ ﺍﻟﺰﻭﺝ ? ﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﻣﻦ ﺣﻖ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ﺇﺫﺍ ﺃﺭﺍﺩﻫﺎ ﻓﺮﺍﻭﺩﻫﺎ ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻭﻫﻲ ﻋﻠﻰ ﻇﻬﺮ ﺑﻌﻴﺮ ﻻ ﺗﻤﻨﻌﻪ، ﻭﻣﻦ ﺣﻘﻪ ﺃﻥ ﻻ ﺗﻌﻄﻲ ﺷﻴﺌﺎً ﻣﻦ ﺑﻴﺘﻪ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻪ، ﻓﺈﻥ ﻓﻌﻠﺖ ﺫﻟﻚ ﻛﺎﻥ ﻭﺯﺭﺍً ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﺍﻷﺟﺮ ﻟﻪ، ﻭﻣﻦ ﺣﻘﻪ ﺃﻥ ﻻ ﺗﺼﻮﻡ ﺗﻄﻮﻋﺎً ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻪ، ﻓﺈﻥ ﻓﻌﻠﺖ ﺟﺎﻋﺖ ﻭﻋﻄﺸﺖ ﻭﻟﻢ ﻳﺘﻘﺒﻞ ﻣﻨﻬﺎ، ﻭﺇﻥ ﺧﺮﺟﺖ ﻣﻦ ﺑﻴﺘﻬﺎ ﺑﻐﻴﺮ ﺇﺫﻧﻪ ﻟﻌﻨﺘﻬﺎ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺣﺘﻰ ﺗﺮﺟﻊ ﺇﻟﻰ ﺑﻴﺘﻪ ﺃﻭ ﺗﺘﻮﺏ "

Bunda 'Aaisyah rodliyallaahu 'anha berkata : "Telah datang seorang gadis kepada Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam kemudian berkata : "Wahai Rosuulullaah, sesungguhnya aku ini seorang gadis yang telah dipinang orang, akan tetapi aku tidak suka menikah. Sebenarnya apa hak suami atas isterinya?" Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam menjawab: "Jikalau ada nanah dari puncak kepala suami sampai telapak kakinya, lalu si isteri menjilatnya niscaya belum lah cukup memenuhi kesyukuran kepadanya". Lalu gadis itu menimpali : "Haruskah aku menikah?" Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam menjawab : "Benar, menikahlah, karna menikah itu perbuatan yang baik". Sayyidina Ibnu 'Abbas rodliyallaahu 'anh berkata: "Seorang wanita dari Khots'am datang kepada Rosuulullaah Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam dan berkata : "Sesungguhnya aku ini seorang janda dan aku ingin menikah, maka apasaja kah hak suami itu?" Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam menjawabv: "Diantara hak suami atas isteri ialah apabila suami itu berkehendak kepada isterinya (bergaul) lalu istrinya diminta sedang ia berada diatas punggung seekor keledai, niscaya ia tidak menolak permintaan suaminya itu. Dan diantara hak suami, bahwa isteri itu tidak memberikan sesuatu dari isi rumah suami kecuali atas izinnya. Jika isteri melakukannya, dia berdosa dan suami mendapat pahala. Dan diantara hak suami bahwa isteri itu tidak berpuasa sunah kecuali atas izin suami, apabilla isteri melakukannya, hanya mendapati lapar dan haus dan tidak diterima puasanya. Apabila isteri keluar rumah tanpa izin suaminya, ia dikutuk oleh para malaikat hingga ia kembali kerumah suaminya atau ia bertaubat .

ﻭﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " ﻟﻮ ﺃﻣﺮﺕ ﺃﺣﺪﺍً ﺃﻥ ﻳﺴﺠﺪ ﻷﺣﺪ ﻷﻣﺮﺕ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺃﻥ ﺗﺴﺠﺪ ﻟﺰﻭﺟﻬﺎ ﻣﻦ ﻋﻈﻢ ﺣﻘﻪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ". ﻭﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " ﺃﻗﺮﺏ ﻣﺎ ﺗﻜﻮﻥ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻣﻦ ﻭﺟﻪ ﺭﺑﻬﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻓﻲ ﻗﻌﺮ ﺑﻴﺘﻬﺎ ﻭﺇﻥ ﺻﻼﺗﻬﺎ ﻓﻲ ﺻﺤﻦ ﺩﺍﺭﻫﺎ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ، ﻭﺻﻼﺗﻬﺎ ﻓﻲ ﺑﻴﺘﻬﺎ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻬﺎ ﻓﻲ ﺻﺤﻦ ﺩﺍﺭﻫﺎ، ﻭﺻﻼﺗﻬﺎ ﻓﻲ ﻣﺨﺪﻋﻬﺎ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻬﺎ ﻓﻲ ﺑﻴﺘﻬﺎ " ﻭﺍﻟﻤﺨﺪﻉ : ﺑﻴﺖ ﻓﻲ ﺑﻴﺖ، ﻭﺫﻟﻚ ﻟﻠﺴﺘﺮ، ﻭﻟﺬﻟﻚ ﻗﺎﻝ ﻋﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ " ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻋﻮﺭﺓ ﻓﺈﻥ ﺧﺮﺟﺖ ﺍﺳﺘﺸﺮﻓﻬﺎ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ " ﻭﻗﺎﻝ ﺃﻳﻀﺎً ﻟﻠﻤﺮﺃﺓ ﻋﺸﺮ ﻋﻮﺭﺍﺕ، ﻓﺈﺫﺍ ﺗﺰﻭﺟﺖ ﺳﺘﺮ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻋﻮﺭﺓ ﻭﺍﺣﺪﺓ؛ ﻓﺈﺫﺍ ﻣﺎﺗﺖ ﺳﺘﺮ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺍﻟﻌﺶ ﻋﻮﺭﺍﺕ "

Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersabda: "Bila saja diperbolehkanku menyuruh seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya akan aku suruh wanita untuk bersujud kepada suaminya, lantaran besarnya hak suami atas isterinya". Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersabda: "Istri yang terdekat kepada Tuhan-nya adalah apabila ia berada dalam rumahnya. Dan sesungguhnya sholatnya di halaman rumah adalah lebih utama dari sholatnya di Masjid, dan sholatnya di dalam rumah lebih utama dari sholatnya di halaman rumah. Dan sholatnya dalam rumah kecilnya (kamar khusus) dari rumahnya adalah lebih utama dari sholatnya didalam rumah". Rumah kecil : rumah dalam rumah, hal itu lebih menutupinya lagi. Karena itulah Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersabda : “Wanita itu adalah aurot, maka jika dia keluar, setan akan menghiasinya.” Juga sabda beliau Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam : "Wanita itu mempunyai sepuluh aurot, apabila ia menikah, maka suaminya menutup satu aurotnya ; apabila ia meninggal dunia, maka kuburannya menutup kesepuluh aurot itu ."

ﻓﺤﻘﻮﻕ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ﻛﺜﻴﺮﺓ، ﻭﺃﻫﻤﻬﺎ ﺃﻣﺮﺍﻥ، ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ : ﺍﻟﺼﻴﺎﻧﺔ ﻭﺍﻟﺴﺘﺮ . ﻭﺍﻵﺧﺮ : ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻤﻄﺎﻟﺒﺔ ﺑﻤﺎ ﻭﺭﺍﺀ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ، ﻭﺍﻟﺘﻌﻔﻒ ﻋﻦ ﻛﺴﺒﻪ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺣﺮﺍﻣﺎً، ﻭﻫﻜﺬﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻋﺎﺩﺓ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻠﻒ : ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺇﺫﺍ ﺧﺮﺝ ﻣﻦ ﻣﻨﺰﻟﻪ ﺗﻘﻮﻝ ﻟﻪ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﺃﻭ ﺍﺑﻨﺘﻪ : ﺇﻳﺎﻙ ﻭﻛﺴﺐ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﻓﺈﻧﻪ ﺑﺼﺒﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺠﻮﻉ ﻭﺍﻟﻀﺮ ﻭﻻ ﻧﺼﺒﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ . ﻭﻫﻢ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺑﺎﻟﺴﻔﺮ ﻓﻜﺮﻩ ﺟﻴﺮﺍﻧﻪ ﺳﻔﺮﻩ، ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ ﻟﺰﻭﺟﺘﻪ : ﻟﻢ ﺗﺮﺿﻴﻦ ﺑﺴﻔﺮﻩ ﻭﻟﻢ ﻳﺪﻉ ﻟﻚ ﻧﻔﻘﺔ ? ﻓﻘﺎﻟﺖ ﺯﻭﺟﻲ ﻣﻨﺬ ﻋﺮﻓﺘﻪ ﻋﺮﻓﺘﻪ ﺃﻛﺎﻻً ﻭﻣﺎ ﻋﺮﻓﺘﻪ ﺭﺍﺯﻗﺎً، ﻭﻟﻲ ﺭﺏ ﺭﺯﺍﻕ : ﻳﺬﻫﺐ ﺍﻷﻛﺎﻝ ﻭﻳﺒﻘﻰ ﺍﻟﺮﺯﺍﻕ .

Hak suami atas isteri itu banyak, adapun yang terpenting dalam dua perkara :

Pertama : Memelihara dan menutup diri. Terakhir : Tidak menuntut sesuatu dibalik upaya yang dilakukannya dan menjaga diri dari usaha keharaman usaha yang akan dilakukannya dilakukannya. Sudah menjadi kebiasaan wanita dimasa salaf : Apabila suami keluar dari rumah, berkatalah isteri atau anak perempuan kepadanya : "Jagalah dari usaha yang haram. Sesungguhnya kami mampu bersabar atas kelaparan dan kesengsaraan, namun tidaklah kami dapat menahan siksa neraka". Pada masa salaf ada seorang yang hendak bersafar, maka tetangga nya tidak menyukai apabila dia melakukan safar. Merekapun berkata pada isterinya itu : "Kenapa engkau izinkan dia pergi jauh sedang ia tidak meninggalkan nafkah padamu?" Isterinya itupun menjawab : "Sedari aku mengenal suamiku, aku mengenal dia yang memberi makan dan tidaklah aku mengenalnya sebagai pemberi rizki. Aku mempunyai Tuhan yang Memberi rizki. Biarlah yang memberi makan tetap berjalan dan tinggallah Yang Memberi rizki.

ﻭﺧﻄﺒﺖ ﺭﺍﺑﻌﺔ ﺑﻨﺖ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﺤﻮﺍﺭﻱ، ﻓﻜﺮﻩ ﺫﻟﻚ ﻟﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﻭﻗﺎﻝ ﻟﻬﺎ : ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎﻟﻲ ﻫﻤﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻟﺸﻐﻠﻲ ﺑﺤﺎﻟﻲ، ﻓﻘﺎﻟﺖ : ﺇﻧﻲ ﻷﺷﻐﻞ ﺑﺤﺎﻟﻲ ﻣﻨﻚ ﻭﻣﺎﻟﻲ ﺷﻬﻮﺓ، ﻭﻟﻜﻦ ﻭﺭﺛﺖ ﻣﺎﻻً ﺟﺰﻳﻼً ﻣﻦ ﺯﻭﺟﻲ ﻓﺄﺭﺩﺕ ﺃﻥ ﺗﻨﻔﻘﻪ ﻋﻠﻰ ﺇﺧﻮﺍﻧﻚ، ﻭﺃﻋﺮﻑ ﺑﻚ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﻓﻴﻜﻮﻥ ﻟﻲ ﻃﺮﻳﻘﺎً ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ، ﻓﻘﺎﻝ : ﺣﺘﻰ ﺍﺳﺘﺄﺫﻥ ﺃﺳﺘﺎﺫﻱ، ﻓﺮﺟﻊ ﺇﻟﻰ ﺃﺑﻲ ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ ﺍﻟﺪﺍﺭﺍﻧﻲ، ﻭﻗﺎﻝ : ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻨﻬﺎﻧﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﺰﻭﻳﺞ ﻭﻳﻘﻮﻝ : ﻣﺎ ﺗﺰﻭﺝ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﺇﻻ ﺗﻐﻴﺮ؛ ﻓﻠﻤﺎ ﺳﻤﻊ ﻛﻼﻣﻬﺎ ﻗﺎﻝ : ﺗﺰﻭﺝ ﺑﻬﺎ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﻭﻟﻴﺔ ﻟﻠﻪ ﻫﺬﺍ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﺼﺪﻳﻘﻴﻦ، ﻗﺎﻝ : ﻓﺘﺰﻭﺟﺘﻬﺎ ﻓﻲ ﻣﻨﺰﻟﻨﺎ ﻛﻦ ﻣﻦ ﺟﺺ ﻓﻔﻨﻲ ﻣﻦ ﻏﺴﻞ ﺃﻳﺪﻱ ﺍﻟﻤﺴﺘﻌﺠﻠﻴﻦ ﻟﻠﺨﺮﻭﺝ ﺑﻌﺪ ﺍﻷﻛﻞ ﻓﻀﻼً ﻋﻤﻦ ﻏﺴﻞ ﺑﺎﻷﺷﻨﺎﻥ . ﻗﺎﻝ : ﻭﺗﺰﻭﺟﺖ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺛﻼﺙ ﻧﺴﻮﺓ ﻓﻜﺎﻧﺖ ﺗﻄﻌﻤﻨﻲ ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ ﻭﺗﻄﻴﺒﻨﻲ ﻭﺗﻘﻮﻝ : ﺍﺫﻫﺐ ﺑﻨﺸﺎﻃﻚ ﻭﻗﻮﺗﻚ ﺇﻟﻰ ﺃﺯﻭﺍﺟﻚ، ﻭﻛﺎﻧﺖ ﺭﺍﺑﻊ ﻫﺬﻩ ﺗﺸﺒﻪ ﻓﻲ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺸﺎﻡ ﺑﺮﺍﺑﻌﺔ ﺍﻟﻌﺪﻭﻳﺔ ﺑﺎﻟﺒﺼﺮﺓ .

Robi'ah binti Isma'il meminang Achmad bin Abi al-Chawari. Maka beliau tidak menyukai hal itu sebab sibuk dengan ibadah. Berkatalah kepada Robi'ah : "Demi Allaah, aku tidak berkeinginan terhadap wanita, karena aku sibuk dengan keadaannku sendiri". Maka Robi'ah pun menjawab : "Aku juga sibuk dengan keadaanku padamu, aku pun tidak memiliki syahwat. Akan tetapi suamiku mewarisi banyak harta padaku, maka aku ingin agar engkau menafkahian nya kepada saudara-saudaramu. Dan darimu nanti aku bisa mengenal orang-orang sholih. Maka yang demikian itu akan menjadi jalan bagiku menuju Allaah 'Azza wa Jalla". Lalu Achmad bin Abi al-Chawari menjawab : "Tunggulah hingga aku meminta izin guruku." Maka beliau pergi kepada Abi Sulaiman al-Daroni. Achmad bin Abi al-Chawari menerangkan : "Guruku melarang aku menikah, beliau juga mengatakan : "Tidaklah seorangpun dari para shochabat kami yang menikah melainkan mereka berubah". Setelah mendengar perkataan Robi'ah yang demikian tadi maka beliau pun menjawab : "Menikahlah dengan dia, karna dia itu adalah Wali Allaah dan perkataannya itu adalah perkataan orang-orang shiddiqi". Maka menikahlah aku dengan Robi'ah. Dirumah kami ada kendi dari tembikar, maka pecahlah kendi itu dari basuhan tangan, dari orang-orang yang bercepatan keluar sesudah makan, lebih-lebih orang yang membasuh tangannya dengan al-asynan (pencuci tangan yang masam)" Ahmad meneruskan ceriteranya: "Lalu aku kawin sesudah Robi'ah tadi tiga orang wanita Lagi. Robi'ah memberi aku makanan yang baik-baik dan dia berbuat baik kepadaku serta mengatakan: "Pergilah menuju aktifitas dan kekuatanmu kepada isteri-isterimu". Robi'ah adalah penduduk negeri Syam yang menyerupai Robi'ah al 'Adawiyah dari Bashroh .

ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺎﺕ ﻋﻠﻴﻬﺎ : ﺃﻥ ﻻ ﺗﻔﺮﻁ ﻓﻲ ﻣﺎﻟﻪ ﺑﻞ ﺗﺤﻔﻈﻪ ﻋﻠﻴﻪ . ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " ﻻ ﻳﺤﻞ ﻟﻬﺎ ﺃﻥ ﺗﻄﻌﻢ ﻣﻦ ﺑﻴﺘﻪ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﺮﻃﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺨﺎﻑ ﻓﺴﺎﺩﻩ، ﻓﺈﻥ ﺃﻃﻌﻤﺖ ﻋﻦ ﺭﺿﺎﻩ ﻛﺎﻥ ﻟﻬﺎ ﻣﺜﻞ ﺃﺟﺮﻩ، ﻭﺇﻥ ﺃﻃﻌﻤﺖ ﺑﻐﻴﺮ ﺇﺫﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺍﻷﺟﺮ ﻭﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻟﻮﺯﺭ " ﻭﻣﻦ ﺣﻘﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﺗﻌﻠﻴﻤﻬﺎ ﺣﺴﻦ ﺍﻟﻤﻌﺎﺷﺮﺓ، ﻭﺁﺩﺍﺏ ﺍﻟﻌﺸﺮﺓ ﻣﻊ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻛﻤﺎ ﺭﻭﻱ ﺃﻥ ﺃﺳﻤﺎﺀ ﺑﻨﺖ ﺧﺎﺭﺟﺔ ﺍﻟﻔﺰﺍﺭﻱ ﻗﺎﻟﺖ ﻷﺑﻨﺘﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺘﺰﻭﻳﺞ ﺇﻧﻚ ﺧﺮﺟﺖ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺶ ﺍﻟﺬﻱ ﻓﻴﻪ ﺩﺭﺟﺖ ﻓﺼﺮﺕ ﺇﻟﻰ ﻓﺮﺍﺵ ﻟﻢ ﺗﻌﺮﻓﻴﻪ، ﻭﻗﺮﻳﻦ ﻟﻢ ﺗﺄﻟﻔﻴﻪ، ﻓﻜﻮﻧﻲ ﻟﻪ ﺃﺭﺿﺎً ﻳﻜﻦ ﻟﻚ ﺳﻤﺎﺀ ﻭﻛﻮﻧﻲ ﻟﻪ ﻣﻬﺎﺩﺍً ﻳﻜﻦ ﻟﻚ ﻋﻤﺎﺩﺍً ﻭﻛﻮﻧﻲ ﻟﻪ ﺃﻣﺔ ﻳﻜﻦ ﻟﻚ ﻋﺒﺪﺍً، ﻻ ﺗﻠﺤﻔﻲ ﺑﻪ ﻓﻴﻘﻼﻙ ﻭﻻ ﺗﺒﺎﻋﺪﻱ ﻋﻨﻪ ﻓﻴﻨﺴﺎﻙ ﺇﻥ ﺩﻧﺎ ﻣﻨﻚ ﻓﺎﻗﺮﺑﻲ ﻣﻨﻪ، ﻭﺇﻥ ﻧﺄﻯ ﻓﺎﺑﻌﺪﻱ ﻋﻨﻪ، ﻭﺍﺣﻔﻈﻲ ﺃﻧﻔﻪ ﻭﺳﻤﻌﻪ ﻭﻋﻴﻨﻪ، ﻓﻼ ﻳﺸﻤﻦ ﻣﻨﻚ ﺇﻻ ﻃﻴﺒﺎً، ﻭﻻ ﻳﺴﻤﻊ ﺇﻻ ﺣﺴﻨﺎً، ﻭﻻ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻻ ﺟﻤﻴﻼً .

Diantara kewajiban istri adalah tidak menghamburkan harta suami, akan tetapi menjaganya. Rosuulullaah Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersabda : "Tidak halal bagi isteri memberikan makan orang lain dirumah suami kecuali atas izinnya, atau makanan basah yang ditakutkan akan busuk, jika ia memberi makanan atas izin suami maka bagi isteri itu pahala seperti yang diperileh suaminya, akan tetapi jika ia memberikan makan tanpa sepengetahuan/izin suami, maka pahala bagi suami dan dosa bagi istri". Diantara hak wanita atas kedua ibu-bapaknya ialah mengajarkannya adab pergaulan yang baik (untuk umum), dan adab pergaulan dengan suaminya, sebagaimana diriwayatkan bahawa Asma binti Khorijah al-Fazzari ketika menikahkan putrinya beliau berkata : "Sesungguhnya engkau tak lama lagi akan keluar meninggalkan ayunan tempat kau ditimang dulu, dan berpindah ke atas ranjang yang belum pernah kau lihat sebelumnya. Kau akan hidup bersama seorang kawan yang belum pernah kau kenal sebelumnya. Oleh karena itu, jadilah bumi tempat ia berpijak, maka ia akan menjadi langit yang menaungimu. Jadikanlah dirimu tempat sandaran baginya, maka ia akan menjadi tiang yang meneguhkanmu. Jadilah pelayan baginya, ia akan menjadi abdi bagimu. Jangan terlalu menuntutnya / merepotkannya sehingga ia merasa kesal (marah) padamu, jangan menjauh darinya sehingga ia melupakanmu. Jika ia mendekatimu, maka dekatilah. Jika ia berpaling, maka menjauhlah. Jagalah penciuman, pendengaran dan pandangannya. Jangan sampai ia menciummu kecuali dalam keadaan harum, jangan sampai ia mendengar perkataanmu kecuali yang baik. Dan angan sampai ia melihat kecuali dirimu dalam keadaan cantik .

ﻭﻗﺎﻝ ﺭﺟﻞ ﻟﺰﻭﺟﺘﻪ :

ﺧﺬﻱ ﺍﻟﻌﻔﻮ ﻣﻨﻲ ﺗﺴﺘﺪﻳﻤﻲ ﻣﻮﺩﺗﻲ * ﻭﻻ ﺗﻨﻄﻘﻲ ﻓﻲ ﺳﻮﺭﺗﻲ ﺣﻴﻦ ﺃﻏﻀﺐ ﻓﺈﻧﻲ ﻭﺟﺪﺕ ﺍﻟﺤﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﻭﺍﻷﺫﻯ * ﺇﺫﺍ ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻟﻢ ﻳﻠﺒﺚ ﺍﻟﺤﺐ ﻳﺬﻫﺐ

Berkata seorang suami :

Maafkanlah salah dan khilaf ini, niscaya cinta kita akan terus bersemi. Jangan kau pancing lagi amarahku ketika datang marahku, karna benci dan cinta takkan pernah bersatu. Apabila benci datang, cinta pun kan menghilang ".

ﻓﺎﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﺠﺎﻣﻊ ﻓﻲ ﺁﺩﺍﺏ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺗﻄﻮﻳﻞ : ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﻗﺎﻋﺪﺓ ﻓﻲ ﻗﻌﺮ ﺑﻴﺘﻬﺎ ﻻﺯﻣﺔ ﻟﻤﻐﺰﻟﻬﺎ، ﻻ ﻳﻜﺜﺮ ﺻﻌﻮﺩﻫﺎ ﻭﺍﻃﻼﻋﻬﺎ، ﻗﻠﻴﻠﺔ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻟﺠﻴﺮﺍﻧﻬﺎ، ﻻ ﺗﺪﺧﻞ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺇﻻ ﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﻳﻮﺟﺐ ﺍﻟﺪﺧﻮﻝ،ﺗﺤﻔﻆ ﺑﻌﻠﻬﺎ ﻓﻲ ﻏﻴﺒﺘﻪ، ﻭﺗﻄﻠﺐ ﻣﺴﺮﺗﻪ ﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ ﺃﻣﻮﺭﻫﺎ، ﻭﻻ ﺗﺨﻮﻧﻪ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻭﻣﺎﻟﻪ، ﻭﻻ ﺗﺨﺮﺝ ﻣﻦ ﺑﻴﺘﻬﺎ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻪ، ﻓﺈﻥ ﺧﺮﺟﺖ ﺑﺈﺫﻧﻪ ﻓﻤﺨﺘﻔﻴﺔ ﻓﻲ ﻫﻴﺌﺔ ﺭﺛﺔ، ﺗﻄﻠﺐ ﺍﻟﻤﻮﺍﺿﻊ ﺍﻟﺨﺎﻟﻴﺔ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﺸﻮﺍﺭﻉ ﻭﺍﻷﺳﻮﺍﻕ، ﻣﺤﺘﺮﺯﺓ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻳﺴﻤﻊ ﻏﺮﻳﺐ ﺻﻮﺗﻬﺎ ﺃﻭ ﻳﻌﺮﻓﻬﺎ ﺑﺸﺨﺼﻬﺎ ﻻ ﺗﺘﻌﺮﻑ ﺇﻟﻰ ﺻﺪﻳﻖ ﺑﻌﻠﻬﺎ ﻓﻲ ﺣﺎﺟﺘﻬﺎ، ﺑﻞ ﺗﺘﻨﻜﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺗﻈﻦ ﺃﻧﻪ ﻳﻌﺮﻓﻬﺎ ﺃﻭ ﺗﻌﺮﻓﻪ، ﻫﻤﻬﺎ ﺻﻼﺡ ﺷﺄﻧﻬﺎ ﻭﺗﺪﺑﻴﺮ ﺑﻴﺘﻬﺎ ﻣﻘﺒﻠﺔ ﻋﻠﻰ ﺻﻼﺗﻬﺎ ﻭﺻﻴﺎﻣﻬﺎ، ﻭﺇﺫﺍ ﺍﺳﺘﺄﺫﻥ ﺻﺪﻳﻖ ﻟﺒﻌﻠﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺒﺎﺏ ﻭﻟﻴﺲ ﺍﻟﺒﻌﻞ ﺣﺎﺿﺮﺍً ﻟﻢ ﺗﺴﺘﻔﻬﻢ ﻭﻟﻢ ﺗﻌﺎﻭﺩﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻏﻴﺮﺓ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻭﺑﻌﻠﻬﺎ،

Kesimpulan ringkas mengenai adab bagi wanita adalah : Hendaklah wanita itu tetap berada dalam rumahnya dan tetap ditempat jahitannya. janganlah sering menohok dari bilik kamar, sedikit berbicara dengan tetangga, Tidak mendatangi tetangga, kecuali dalam keadaan yang mengharuskan datang ketempatnya. Menjaga kehormatan suami ketika suami tak ada dirumah, membahagiakan suami dalam segala perkara. Tidak berkhianat atas diri dan harta suami. Tidak keluar rumah kecuali atas izin suami. Apabila ia keluar atas izin suami, maka ia menyembunyikan diri dari lelaki ajnabi, memilih jalur sepi, bukan jalan raya dan pasar-pasar. Ia menjaga agar orang lain tidak mendengar suaranya atau mengenali dirinya. Jangan sampai memberitahukan keperluannya itu kepada teman suaminya, bahkan hendaklah ia membantah persangkaan orang bahwa orang itu mengetahui keperluannya atau dia mengenali orang itu. Tujuannya memperbaiki keadaan dirinya, mengatur rumah tangganya, menghadapkan hati kepada sholat dan puasanya. Apabila teman suaminya meminta izin dari balik pintu sedang suaminya tidak ada, maka janganlah ia banyak bicara (mengklarifikasi) dengan mereka. Dan janganlah membiasakan diri bercakap dengan laki-laki ajnabi.

ﻭﺗﻜﻮﻥ ﻗﺎﻧﻌﺔً ﻣﻦ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﺑﻤﺎ ﺭﺯﻕ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﺗﻘﺪﻡ ﺣﻘﻪ ﻋﻠﻰ ﺣﻖ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻭﺣﻖ ﺳﺎﺋﺮ ﺃﻗﺎﺭﺑﻬﺎ، ﻣﺘﻨﻈﻔﺔ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻣﺴﺘﻌﺪﺓ ﻓﻲ ﺍﻷﺣﻮﺍﻝ ﻛﻠﻬﺎ ﻟﻠﺘﻤﺘﻊ ﺑﻬﺎ ﺇﻥ ﺷﺎﺀ، ﻣﺸﻔﻘﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻭﻻﺩﻫﺎ، ﺣﺎﻓﻈﺔ ﻟﻠﺴﺘﺮ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻗﺼﻴﺮﺓ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﻋﻦ ﺳﺐ ﺍﻷﻭﻻﺩ ﻭﻣﺮﺍﺟﻌﺔ ﺍﻟﺰﻭﺝ . ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " ﺃﻧﺎ ﻭﺍﻣﺮﺃﺓ ﺳﻔﻌﺎﺀ ﺍﻟﺨﺪﻳﻦ ﻛﻬﺎﺗﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ : ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺁﻣﺖ ﻣﻦ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻭﺣﺒﺴﺖ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺑﻨﺎﺗﻬﺎ ﺣﺘﻰ ﺛﺎﺑﻮﺍ ﺃﻭ ﻣﺎﺗﻮﺍ " ﻭﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " ﺣﺮﻡ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺁﺩﻣﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻳﺪﺧﻠﻬﺎ ﻗﺒﻠﻲ، ﻏﻴﺮ ﺃﻧﻲ ﺃﻧﻈﺮ ﻋﻦ ﻳﻤﻴﻨﻲ ﻓﺈﺫﺍ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺗﺒﺎﺩﺭﻧﻲ ﺇﻟﻰ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻓﺄﻗﻮﻝ : ﻣﺎ ﻟﻬﺬﻩ ﺗﺒﺎﺩﺭﻧﻲ ? ﻓﻴﻘﺎﻝ ﻟﻲ ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ، ﻫﺬﻩ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻛﺎﻧﺖ ﺣﺴﻨﺎﺀ ﺟﻤﻴﻠﺔ ﻭﻛﺎﻥ ﻋﻨﺪﻫﺎ ﻳﺘﺎﻣﻰ ﻟﻬﻞ، ﻓﺼﺒﺮﺕ ﻋﻠﻴﻬﻦ ﺣﺘﻰ ﺑﻠﻎ ﺃﻣﺮﻫﻦ ﺍﻟﺬﻱ ﺑﻠﻎ ﻓﺸﻜﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻬﻞ ﺫﻟﻚ .

Hendaklah seorang istri merasa cukup dengan rizki yang Allaahu Ta'aalaa Karuniakan melalui suami. Dan hendaklah ia mendahulukan hak suami dari haknya sendiri dan hak kerabat fihak istri. Hendaklah sang isteri gemar membersihkan badan (berias) dan merelakan diri dalam segala keadaan untuk membahagiakan suami ketika suaminya berkeinginan. Hendaklah seorang istri bersedia prihatin terhadap semua anaknya, menjaga dan mengayomi mereka. Hendaklah seorang isteri meminimalisir makian terhadap anak-anaknya dan mengulang (kesalahan) terhadap suaminya. Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersabda : “Aku dan wanita yang pipinya kotor di surga (kedudukannya) seperti dua jari ini (beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah).” Iaitu Wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, yang ditinggal mati suaminya, dia tidak menikah karena merawat anaknya, hingga mereka mandiri atau mereka mati.” Nabi Shollallaagu 'Alayhi wa Sallam bersabda : “ Allaahu Ta'aalaa Mengharamkan semua bani Adam masuk surga yang dimasukinya sebelum aku. Akan tetapi aku melihat ke kananku, tiba-tiba seorang wanita bergegas mendahului aku kepintu sorga. Kemudian aku berkata : “Mengapa wanita ini (bisa) bergegas mendahului aku ?” Maka dikatakan kepadaku : “Wahai Muchammad, Ini adalah wanita baik yang sangat cantik, dia memiliki beberapa anak yatim. Dirinya sabar atas keberadaan mereka, hingga keadaan mereka seperti itu. Maka Allaahu Ta'aalaa Mengganjarkan baginya yang demikian itu.”

ﻭﻣﻦ ﺁﺩﺍﺑﻬﺎ : ﺃﻥ ﻻ ﺗﺘﻔﺎﺧﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﺑﺠﻤﺎﻟﻬﺎ ﻭﻻ ﺗﺰﺩﺭﻱ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻟﻘﺒﺤﻪ ﻓﻘﺪ ﺭﻭﻱ ﺃﻥ ﺍﻷﺻﻤﻌﻲ ﻗﺎﻝ : ﺩﺧﻠﺖ ﺍﻟﺒﺎﺩﻳﺔ ﻓﺈﺫﺍ ﺃﻧﺎ ﺑﺎﻣﺮﺃﺓ ﻣﻦ ﺃﺣﺴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﺟﻬﺎً ﺗﺤﺖ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﺃﻗﺒﺢ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﺟﻬﺎً، ﻓﻘﻠﺖ ﻟﻬﺎ : ﻳﺎ ﻫﺬﻩ ﺃﺗﺮﺿﻴﻦ ﻟﻨﻔﺴﻚ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻧﻲ ﺗﺤﺖ ﻣﺜﻠﻪ ? ﻓﻘﺎﻟﺖ : ﻳﺎ ﻫﺬﺍ ﺍﺳﻜﺖ ﻓﻘﺪ ﺃﺳﺄﺕ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻚ، ﻟﻌﻠﻪ ﺃﺣﺴﻦ ﻓﻴﻤﺎ ﺑﻴﻨﻪ ﻭﺑﻴﻦ ﺧﺎﻟﻘﻪ ﻓﺠﻌﻠﻨﻲ ﺛﻮﺍﺑﻪ، ﺃﻭ ﻟﻌﻠﻲ ﺃﺳﺄﺕ ﻓﻴﻤﺎ ﺑﻴﻨﻲ ﻭﺑﻴﻦ ﺧﺎﻟﻘﻲ ﻓﺠﻌﻠﻪ ﻋﻘﻮﺑﺘﻲ، ﺃﻓﻼ ﺃﺭﺿﻰ ﺑﻤﺎ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻲ ﻓﺄﺳﻜﺘﻨﻲ . ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻷﺻﻤﻌﻲ : ﺭﺃﻳﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺎﺩﻳﺔ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻗﻤﻴﺺ ﺃﺣﻤﺮ ﻭﻫﻲ ﻣﺨﺘﻀﺒﺔ ﻭﺑﻴﺪﻫﺎ ﺳﺒﺤﺔ، ﻓﻘﻠﺖ : ﻣﺎ ﺃﺑﻌﺪ ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ? ﻓﻘﺎﻟﺖ : ﻭﻟﻠﻪ ﻣﻨﻲ ﺟﺎﻧﺐ ﻻ ﺃﺿﻴﻌﻪ ﻭﻟﻠﻬﻮ ﻣﻨﻲ ﻭﺍﻟﺒﻄﺎﻟﺔ ﺟﺎﻧﺐ ﻓﻌﻠﻤﺖ ﺃﻧﻬﺎ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺻﺎﻟﺤﺔ ﻟﻬﺎ ﺯﻭﺝ ﺗﺘﺰﻳﻦ ﻟﻪ .

Diantara adab isteri adalah tidak membanggakan kecantikannya terhadap suami tidak pula melecehkan suami karna buruk wajahnya. Diriwayatkan bahwa al-Ashma'i beliau berkata : "Aku datang ke sebuah kampung, tiba-tiba aku menjumpai seorang wanita yang begitu cantik parasnnya berpasangan dengan seorang laki-laki yang amat buruk wajahnya. Lalu aku bertanya kepada wanita itu : "Apa engkau rela dimiliki oleh orang yang seperti suamimu itu?" Wanita itu menjawab: "Diamlah, engkau telah berbuat jahat dengan perkataanmu itu. Semoga suamiku telah berbuat baik antara diri dan Kholiq-nya. Lalu Dia Menjadikan pahalanya untukku. Atau mungkin aku telah berbuat jahat kepada Khaliq-ku, maka Dia Menjadikan-nya sebagai siksa bagiku. Pantaskah jika aku tidak ridlo dengan apa yang Diridloi Allaah untukku?" Akupun terdiam". Al-Ashma'i juga mengisahkan : "Aku melihat disuatu kampung seorang wanita yang berbaju kurung merah dan berinai (menggambari tangannya dengan pacar) sedang ditangannya memegang tasbih. Kemudian aku berkata : "Alangkah jauhnya ini dengan ini (maksudnya keburukan sebab menghias tangannya sedang ia memegang tasbih)" Maka wanita itu menjawab dengan sebuah syair : Tiada kan ku sia-siakan Kepunyaan Allaah yang ada padaku, , tidaklah pula untuk pemuas nafsuku,, atau kebatilan yang kutuju.. Barulah aku mengetahui bahawa wanita itu adalah seorang yang sholihah sedang berhias diri untuk suaminya ".

ﻭﻣﻦ ﺁﺩﺍﺏ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻣﻼﺯﻣﺔ ﺍﻟﺼﻼﺡ ﻭﺍﻻﻧﻘﺒﺎﺽ ﻓﻲ ﻏﻴﺒﺔ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻭﺍﻟﺮﺟﻮﻉ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻌﺐ ﻭﺍﻻﻧﺒﺴﺎﻁ ﻭﺃﺳﺒﺎﺏ ﺍﻟﻠﺬﺓ ﻓﻲ ﺣﻀﻮﺭ ﺯﻭﺟﻬﺎ، ﻭﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﺗﺆﺫﻱ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﺑﺤﺎﻝ . ﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : " ﻻ ﺗﺆﺫﻱ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺇﻻ ﻗﺎﻟﺖ ﺯﻭﺟﺘﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻮﺭ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻻ ﺗﺆﺫﻳﻪ ﻗﺎﺗﻠﻚ ﺍﻟﻠﻪ، ﻓﺈﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﻋﻨﺪﻙ ﺩﺧﻴﻞ ﻳﻮﺷﻚ ﺃﻥ ﻳﻔﺎﺭﻗﻚ ﺇﻟﻴﻨﺎ " ﻭﻣﻤﺎ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺣﻘﻮﻕ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﺇﺫﺍ ﻣﺎﺕ ﻋﻨﻬﺎ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﺃﻥ ﻻ ﺗﺤﺪ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﺷﻬﺮ ﻭﻋﺸﺮ ﻭﺗﺘﺠﻨﺐ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻭﺍﻟﺰﻳﻨﺔ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﺪﺓ، ﻗﺎﻟﺖ ﺯﻳﻨﺐ ﺑﻨﺖ ﺃﺑﻲ ﺳﻠﻤﺔ : ﺩﺧﻠﺖ ﻋﻠﻰ ﺃﻡ ﺣﺒﻴﺒﺔ ﺯﻭﺝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺣﻴﻦ ﺗﻮﻓﻰ ﺃﺑﻮﻫﺎ ﺃﺑﻮ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺑﻦ ﺣﺮﺏ، ﻓﺪﻋﺖ ﺑﻄﻴﺐ ﻓﻴﻪ ﺻﻔﺮﺓ ﺧﻠﻮﻕ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ، ﻓﺪﻫﻨﺖ ﺑﻪ ﺟﺎﺭﻳﺔ، ﺛﻢ ﻣﺴﺖ ﺑﻌﺎﺭﺿﻴﻬﺎ، ﺛﻢ ﻗﺎﻟﺖ : ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎﻟﻲ ﺑﺎﻟﻄﻴﺐ ﻣﻦ ﺣﺎﺟﺔ ﻏﻴﺮ ﺃﻧﻲ ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ " ﻻ ﻳﺤﻞ ﻻﻣﺮﺃﺓ ﺗﺆﻣﻦ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻴﻮﻡ ﺍﻵﺧﺮ ﺃﻥ ﺗﺤﺪ ﻋﻠﻰ ﻣﻴﺖ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﺇﻻ ﻋﻠﻰ ﺯﻭﺝ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﺷﻬﺮ ﻭﻋﺸﺮﺍً " ﻭﻳﻠﺰﻣﻬﺎ ﻟﺰﻭﻡ ﻣﺴﻜﻦ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﻌﺪﺓ، ﻭﻟﻴﺲ ﻟﻬﺎ ﺍﻻﻧﺘﻘﺎﻝ ﺇﻟﻰ ﺃﻫﻠﻬﺎ ﻭﻻ ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﺇﻻ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ .

Diantara adab seorang istri adalah senantiasa berbuat baik dan menahan diri ketika suaminya pergi, dan kembali bersenda gurau, bergembira serta berbuat yang menyenangkan ketika sang suami berada disampingnya. Dan janganlah isteri menyakiti suaminya dalam bentuk perbuatan apapun. Diriwayatkan dari Ma'adz bin Jabbal rodliyallaahu 'anh beliau berkata : "Rosuulullaah Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersabda : "Janganlah wanita itu menyakiti suaminya didunia, dimana isterinya dari bidadari berkata : “Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya di dunia, kecuali istrinya dari kalangan bidadari berkata: Semoga Allaahu Ta'aalaa Memerangi-mu, sesungguhnya dia bersamamu hanyalah sebagai tamu, tidak lama lagi dia akan meninggalkanmu untuk menuju kepada kami.” Diantara kewajiban istri dari hak-hak penikahan adalah apabila suaminya meninggal dunia maka janganlah ia berkabung lebih dari empat bulan sepuluh hari. Dan selama itu ia menjauhkan diri dari memakai wewangian juga perhiasan. Zainab binti Abi Salmah menceritakan : "Aku mendatangi Ummu Chabibah (isteri Nabi Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam) ketika bapaknya, Abu Sufyan bin Charb rodliyallaahu 'anhuma meninggal dunia. Lalu Ummu Chabibah meminta wewangian semacam parfum yang berwarna kuning atau lainnya. Lalu beliau meminyaki seorang budak wanita, kemudian memegang kedua pipinya dan berkata : "Demi Allaah, tidaklah aku membutuhkan wewangian, tetapi aku mendengar Rosuulullaah Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersabda : "Tidak halal seorang wanita yang beriman kepada Allaahu Ta'aalaa dan hari akhir untuk berkabung atas orang yang meninggal lebih dari tiga hari, kecuali atas suaminya yang meninggal, iaitu selama empat bulan sepuluh hari". Dan haruslah wanita yang suaminya meninggal itu menetap dirumah suaminya hingga berakhir masa 'iddah. Dan tidaklah ia berpindah ke keluarganya atau keluar kecuali darurat .

ﻭﻣﻦ ﺁﺩﺍﺑﻬﺎ : ﺃﻥ ﺗﻘﻮﻡ ﺑﻜﻞ ﺧﺪﻣﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﺍﺭ ﺗﻘﺪﺭ ﻋﻠﻴﻬﺎ، ﻓﻘﺪ ﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﺃﺳﻤﺎﺀ ﺑﻨﺖ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺃﻧﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ : ﺗﺰﻭﺟﻨﻲ ﺍﻟﺰﺑﻴﺮ ﻭﻣﺎﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻻ ﻣﻤﻠﻮﻙ ﻭﻻ ﺷﻲﺀ ﻏﻴﺮ ﻓﺮﺳﻪ ﻭﻧﺎﺿﺤﻪ ﻓﻜﻨﺖ ﺃﻋﻠﻒ ﻓﺮﺳﻪ ﻭﺃﻛﻔﻴﻪ ﻣﺆﻧﺘﻪ ﻭﺃﺳﻮﺳﻪ ﻭﺃﺩﻕ ﺍﻟﻨﻮﻯ ﻟﻨﺎﺿﺤﻪ ﻭﺃﻋﻠﻔﻪ ﻭﺃﺳﺘﻘﻲ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻭﺃﺧﺮﺯ ﻏﺮﺑﻪ ﻭﺃﻋﺠﻦ، ﻭﻛﻨﺖ ﺃﻧﻘﻞ ﺍﻟﻨﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻲ ﻣﻦ ﺛﻠﺜﻲ ﻓﺮﺳﺦ ﺣﺘﻰ ﺃﺭﺳﻞ ﺇﻟﻰ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﺠﺎﺭﻳﺔ ﻓﻜﻔﺘﻨﻲ ﺳﻴﺎﺳﺔ ﺍﻟﻔﺮﺱ ﻓﻜﺄﻧﻤﺎ ﺃﻋﺘﻘﻨﻲ . ﻭﻟﻘﻴﻨﻲ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻮﻣﺎً ﻭﻣﻌﻪ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﺍﻟﻨﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻲ ﻓﻘﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : " ﺃﺥ ﺃﺥ " ﻟﻴﻨﻴﺦ ﻧﺎﻗﺘﻪ ﻭﻳﺤﻤﻠﻨﻲ ﺧﻠﻔﻪ ﻓﺎﺳﺘﺤﻴﻴﺖ ﺃﻥ ﺃﺳﻴﺮ ﻣﻊ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ، ﻭﺫﻛﺮﺕ ﺍﻟﺰﺑﻴﺮ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻭﻛﺎﻥ ﺃﻏﻴﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱ، ﻓﻌﺮﻑ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻲ ﻗﺪ ﺍﺳﺘﺤﻴﻴﺖ، ﻓﺠﺌﺖ ﺍﻟﺰﺑﻴﺮ ﻓﺤﻜﻴﺖ ﻟﻪ ﻣﺎ ﺟﺮﻯ، ﻓﻘﺎﻝ : ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻟﺤﻤﻠﻚ ﺍﻟﻨﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻚ ﺃﺷﺪ ﻋﻠﻲ ﻣﻦ ﺭﻛﻮﺑﻚ ﻣﻌﻪ .

Diantara adab istri adalah melaksanakan semua pelayanan yang ada dalam rumah tangga sesuai kemampuannya. Telah diriwayatkan dari Asma binti Abu Bakar al Shiddiq rodliyallaahu 'anhuma bahawasannya beliau berkata : Zubair menikahi aku sedangkan dia tidak memiliki harta apapun di dunia, tidak juga budak atau apa pun kecuali seekor kuda dan tempat air (ember) miliknya, dan akulah yang memberinya umpan, aku memenuhi kebutuhan dan melayaninya, menumbuk biji kurma dalam wadah untuk diberikan ke kudanya, mengambil air, menjahit dan menambal geribanya (ember besar), serta mengadoni tepung, aku memikul biji kurma sejauh 2/3 farsakh, hingga Abu Bakar mengirimkan kepadaku seorang budak wanita, jadi aku hanya memelihara kuda saja dan seolah-olah beliau telah memerdekakanku. Pada suatu hari aku bertemu dengan Rosuulullaah Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam bersama shochabat lainnya, sedang aku memikul biji kurma di atas kepala, kemudian beliau bersabda : kemarilah-kemarilah, maksud beliau agar disediakan hewan tunggangan di belakang beliau untuk kutumpangi. Aku malu berjalan di belakang para lelaki, maka akupun menyampaikan tentang keadaan Zubair dan rasa cemburunya." Asma berkata, "Zubair adalah orang yang paling cemburu. Dan Rosuulullaah Shollallaahu 'Alayhi wa Sallam mengetahui bahwa aku malu, maka aku menemui Zubair (sedang Nabi dan para shochabat melanjutkan perjalanan) dan menceritakan apa yang terjadi. Zubair pun berkata : "Demi Allaah, sesungguhnya lebih berat beban biji kurma yan engkau bawa di atas kepala daripada kecemburuanku terhadapmu sebab engkau berkendara bersama rombongan Rosuulullaah.. SELESAI

Semoga Allaahu Ta'aalaa Mengampuni atas segala kesalahan penulis dalam menyajikan tulisan ini, dan apa yang telah tersaji semoga dengannya Ditambahkan-Nya kefahaman serta kemanfa'atan 'ilmu sehingga kita semua mampu mengamalkannya secara kaffah.

No comments:

Post a Comment

Designed By VungTauZ.Com