Breaking News
Friday, 30 January 2015
BK
Contoh
kasus bimbingan konseling di SD
kasus bimbingan konseling di SD
Peserta
didik yang berusia antara 6 sampai 12 tahun tentunya berimbas pula pada
permasalahan yang bermunculan pada diri perserta didik. Baik itu maslah dengan
diri sendiri, dengan teman di sekolah, dengan guru dan lingkungan sekolah
sendiri. Dari sekian banyak masalah yang ada pada peserta didik yang ada di
Sekolah Dasar, di sini penulis akan memaparkan 1 permasalahan yanag dihadapi
peserta didik dengan teman dan lingkungannya.
didik yang berusia antara 6 sampai 12 tahun tentunya berimbas pula pada
permasalahan yang bermunculan pada diri perserta didik. Baik itu maslah dengan
diri sendiri, dengan teman di sekolah, dengan guru dan lingkungan sekolah
sendiri. Dari sekian banyak masalah yang ada pada peserta didik yang ada di
Sekolah Dasar, di sini penulis akan memaparkan 1 permasalahan yanag dihadapi
peserta didik dengan teman dan lingkungannya.
Sebagai
insan yang dikaruniai akal, hati dan hawa nafsu tentunya membuat masalah itu
berdatangan dengan mudah seperti tetesan air hujan dari langit. Rasa ingin tahu
yang begitu besar saat melihat sesuatu yang baru atau sesuatu yang sering
dilihat dalam kehidupan sehari hari mendorong peserta didik berkeinginan untuk
mencobanya. Salah satu yang sering dilihatnya adalah aktifitas orangtuanya,
kakaknya dan orang yang ada di sekitarnya ialah merokok. Adanya pemikiran bahwa
merokok itu gaul dan keren membuat banyak peserta didik tidak tahan untuk
mencoba membeli dan kemudian menghisap rokok tersebut. Adanya kandungan zat
adiktif dalam rokok membuat peserta didik sulit sekali lepas dari permasalahan
tersebut.
insan yang dikaruniai akal, hati dan hawa nafsu tentunya membuat masalah itu
berdatangan dengan mudah seperti tetesan air hujan dari langit. Rasa ingin tahu
yang begitu besar saat melihat sesuatu yang baru atau sesuatu yang sering
dilihat dalam kehidupan sehari hari mendorong peserta didik berkeinginan untuk
mencobanya. Salah satu yang sering dilihatnya adalah aktifitas orangtuanya,
kakaknya dan orang yang ada di sekitarnya ialah merokok. Adanya pemikiran bahwa
merokok itu gaul dan keren membuat banyak peserta didik tidak tahan untuk
mencoba membeli dan kemudian menghisap rokok tersebut. Adanya kandungan zat
adiktif dalam rokok membuat peserta didik sulit sekali lepas dari permasalahan
tersebut.
Lebih parah
lagi bahwa merokok yang dilakukan peserta didik menjadi salah satu indicator
dari kenakalan di sekolah yang konsekuensinya
peserta didik akan di cap nakal dan bahkan bukan tidak mungkin akan
berpengaruh negative pada perkembangan peserta didik baik dalam segi prestasi
akademik atau non akademik.
lagi bahwa merokok yang dilakukan peserta didik menjadi salah satu indicator
dari kenakalan di sekolah yang konsekuensinya
peserta didik akan di cap nakal dan bahkan bukan tidak mungkin akan
berpengaruh negative pada perkembangan peserta didik baik dalam segi prestasi
akademik atau non akademik.
Permasalahan
seperti ini biasanya terjadi pada peserta didik laki-laki meskipun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada peserta didik perempuan. Pada saat peserta didik duduk di bangku kelas
4 dewan guru dan konselor sekolah harus mulai waspada akan permasalahan ini,
karna pada pase inilah saat peserta didik berusia 10 tahun, mereka merasa
dirinya sudah dewasa dan ingin melakukan seperti apa yang dilakukan orang
dewasa lainnya yang tak lain salah
satunya adalah merokok. Di sini konselor harus mulai melakukan usaha preventife
dengan cara memberikan penyuluhan akan bahayanya mengkonsumsi rokok baik bagi
kesehatan, prestasi bahkan ekonomi. Konselor harus melakukannya secara rutin
hingga benar benar mampu meyakinkan peserta didik tentang bahayanya
mengkonsumsi rokok sehingga pengetahuan mereka tentang dunia rokok berdampak
pada menjauhkan diri pada rokok bukan malah sebaliknya, peserta didik jadi
ingin mencoba rokok di karnakan proses penyuluhan yang tidak tuntas.
seperti ini biasanya terjadi pada peserta didik laki-laki meskipun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada peserta didik perempuan. Pada saat peserta didik duduk di bangku kelas
4 dewan guru dan konselor sekolah harus mulai waspada akan permasalahan ini,
karna pada pase inilah saat peserta didik berusia 10 tahun, mereka merasa
dirinya sudah dewasa dan ingin melakukan seperti apa yang dilakukan orang
dewasa lainnya yang tak lain salah
satunya adalah merokok. Di sini konselor harus mulai melakukan usaha preventife
dengan cara memberikan penyuluhan akan bahayanya mengkonsumsi rokok baik bagi
kesehatan, prestasi bahkan ekonomi. Konselor harus melakukannya secara rutin
hingga benar benar mampu meyakinkan peserta didik tentang bahayanya
mengkonsumsi rokok sehingga pengetahuan mereka tentang dunia rokok berdampak
pada menjauhkan diri pada rokok bukan malah sebaliknya, peserta didik jadi
ingin mencoba rokok di karnakan proses penyuluhan yang tidak tuntas.
Jika
peserta didik sudah naik ke kelas 5, maka peranan guru / konselor sekolah
melakukan penekanan terhadap materi penyuluhan pada saat peserta didik ada di
kelas 4. Akan tetapi, konselor disini ikut berperan aktif melakukan dialog
dialog terbuka atau tertutup ( 4 mata ) dengan peserta didik dengan tujuan
untuk melakukan observasi secara langsung apakah proses bimbingan/ penyuluhan
yang sudah dilakukan berhasil atau tidak .
peserta didik sudah naik ke kelas 5, maka peranan guru / konselor sekolah
melakukan penekanan terhadap materi penyuluhan pada saat peserta didik ada di
kelas 4. Akan tetapi, konselor disini ikut berperan aktif melakukan dialog
dialog terbuka atau tertutup ( 4 mata ) dengan peserta didik dengan tujuan
untuk melakukan observasi secara langsung apakah proses bimbingan/ penyuluhan
yang sudah dilakukan berhasil atau tidak .
tak ada
gading yang tak retak, ya begitulah ungkapan bijak untuk menyatakan tidak
adanya yang sempurna di dunia ini. Dengan maksud bahwa ternyata pada saat
peserta didik kelas 6, ada peserta didik yang mengkonsumsi rokok. Disinalahh
konselor harus melakukan bimbingan konseling secara intensife dan bekerja sam
dengan pihak sekolah (wali kelas, guru PAI, kepala sekolah ) dan pihak keluarga
peserta didik agar peserta didik mau dan bias meninggalkan kebiasaan
mengkonsumsi rokoknya. Nasehat yang di
sertai ancaman vonis dari sekolah bagi peserta didik yang
mengkonsumsi rokok itupun bias di
sampaikan dalam proses bimbingan konseling
dengan tujuan untuk memberikan efek jera agar peserta didik tidak mengulangi
perbuatannya.
gading yang tak retak, ya begitulah ungkapan bijak untuk menyatakan tidak
adanya yang sempurna di dunia ini. Dengan maksud bahwa ternyata pada saat
peserta didik kelas 6, ada peserta didik yang mengkonsumsi rokok. Disinalahh
konselor harus melakukan bimbingan konseling secara intensife dan bekerja sam
dengan pihak sekolah (wali kelas, guru PAI, kepala sekolah ) dan pihak keluarga
peserta didik agar peserta didik mau dan bias meninggalkan kebiasaan
mengkonsumsi rokoknya. Nasehat yang di
sertai ancaman vonis dari sekolah bagi peserta didik yang
mengkonsumsi rokok itupun bias di
sampaikan dalam proses bimbingan konseling
dengan tujuan untuk memberikan efek jera agar peserta didik tidak mengulangi
perbuatannya.
Sederhana
memang penulis menyampaikan problem dan problem solvingnya hal ini taklain
karna keterbatasan penulis dalam menyampaikam permasalahan yang diharuskan di
utarakan dalam beberapa halaman saja. Bagi para pembaca diharapkan bersikap
bijak dalam membaca makalah ini sehingga mampu mngembangkan apa yang sudah
dibaca dan di sampaikankembali kepada masarakat luas.
memang penulis menyampaikan problem dan problem solvingnya hal ini taklain
karna keterbatasan penulis dalam menyampaikam permasalahan yang diharuskan di
utarakan dalam beberapa halaman saja. Bagi para pembaca diharapkan bersikap
bijak dalam membaca makalah ini sehingga mampu mngembangkan apa yang sudah
dibaca dan di sampaikankembali kepada masarakat luas.
BK
Contoh
kasus bimbingan konseling di SD
kasus bimbingan konseling di SD
Peserta
didik yang berusia antara 6 sampai 12 tahun tentunya berimbas pula pada
permasalahan yang bermunculan pada diri perserta didik. Baik itu maslah dengan
diri sendiri, dengan teman di sekolah, dengan guru dan lingkungan sekolah
sendiri. Dari sekian banyak masalah yang ada pada peserta didik yang ada di
Sekolah Dasar, di sini penulis akan memaparkan 1 permasalahan yanag dihadapi
peserta didik dengan teman dan lingkungannya.
didik yang berusia antara 6 sampai 12 tahun tentunya berimbas pula pada
permasalahan yang bermunculan pada diri perserta didik. Baik itu maslah dengan
diri sendiri, dengan teman di sekolah, dengan guru dan lingkungan sekolah
sendiri. Dari sekian banyak masalah yang ada pada peserta didik yang ada di
Sekolah Dasar, di sini penulis akan memaparkan 1 permasalahan yanag dihadapi
peserta didik dengan teman dan lingkungannya.
Sebagai
insan yang dikaruniai akal, hati dan hawa nafsu tentunya membuat masalah itu
berdatangan dengan mudah seperti tetesan air hujan dari langit. Rasa ingin tahu
yang begitu besar saat melihat sesuatu yang baru atau sesuatu yang sering
dilihat dalam kehidupan sehari hari mendorong peserta didik berkeinginan untuk
mencobanya. Salah satu yang sering dilihatnya adalah aktifitas orangtuanya,
kakaknya dan orang yang ada di sekitarnya ialah merokok. Adanya pemikiran bahwa
merokok itu gaul dan keren membuat banyak peserta didik tidak tahan untuk
mencoba membeli dan kemudian menghisap rokok tersebut. Adanya kandungan zat
adiktif dalam rokok membuat peserta didik sulit sekali lepas dari permasalahan
tersebut.
insan yang dikaruniai akal, hati dan hawa nafsu tentunya membuat masalah itu
berdatangan dengan mudah seperti tetesan air hujan dari langit. Rasa ingin tahu
yang begitu besar saat melihat sesuatu yang baru atau sesuatu yang sering
dilihat dalam kehidupan sehari hari mendorong peserta didik berkeinginan untuk
mencobanya. Salah satu yang sering dilihatnya adalah aktifitas orangtuanya,
kakaknya dan orang yang ada di sekitarnya ialah merokok. Adanya pemikiran bahwa
merokok itu gaul dan keren membuat banyak peserta didik tidak tahan untuk
mencoba membeli dan kemudian menghisap rokok tersebut. Adanya kandungan zat
adiktif dalam rokok membuat peserta didik sulit sekali lepas dari permasalahan
tersebut.
Lebih parah
lagi bahwa merokok yang dilakukan peserta didik menjadi salah satu indicator
dari kenakalan di sekolah yang konsekuensinya
peserta didik akan di cap nakal dan bahkan bukan tidak mungkin akan
berpengaruh negative pada perkembangan peserta didik baik dalam segi prestasi
akademik atau non akademik.
lagi bahwa merokok yang dilakukan peserta didik menjadi salah satu indicator
dari kenakalan di sekolah yang konsekuensinya
peserta didik akan di cap nakal dan bahkan bukan tidak mungkin akan
berpengaruh negative pada perkembangan peserta didik baik dalam segi prestasi
akademik atau non akademik.
Permasalahan
seperti ini biasanya terjadi pada peserta didik laki-laki meskipun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada peserta didik perempuan. Pada saat peserta didik duduk di bangku kelas
4 dewan guru dan konselor sekolah harus mulai waspada akan permasalahan ini,
karna pada pase inilah saat peserta didik berusia 10 tahun, mereka merasa
dirinya sudah dewasa dan ingin melakukan seperti apa yang dilakukan orang
dewasa lainnya yang tak lain salah
satunya adalah merokok. Di sini konselor harus mulai melakukan usaha preventife
dengan cara memberikan penyuluhan akan bahayanya mengkonsumsi rokok baik bagi
kesehatan, prestasi bahkan ekonomi. Konselor harus melakukannya secara rutin
hingga benar benar mampu meyakinkan peserta didik tentang bahayanya
mengkonsumsi rokok sehingga pengetahuan mereka tentang dunia rokok berdampak
pada menjauhkan diri pada rokok bukan malah sebaliknya, peserta didik jadi
ingin mencoba rokok di karnakan proses penyuluhan yang tidak tuntas.
seperti ini biasanya terjadi pada peserta didik laki-laki meskipun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada peserta didik perempuan. Pada saat peserta didik duduk di bangku kelas
4 dewan guru dan konselor sekolah harus mulai waspada akan permasalahan ini,
karna pada pase inilah saat peserta didik berusia 10 tahun, mereka merasa
dirinya sudah dewasa dan ingin melakukan seperti apa yang dilakukan orang
dewasa lainnya yang tak lain salah
satunya adalah merokok. Di sini konselor harus mulai melakukan usaha preventife
dengan cara memberikan penyuluhan akan bahayanya mengkonsumsi rokok baik bagi
kesehatan, prestasi bahkan ekonomi. Konselor harus melakukannya secara rutin
hingga benar benar mampu meyakinkan peserta didik tentang bahayanya
mengkonsumsi rokok sehingga pengetahuan mereka tentang dunia rokok berdampak
pada menjauhkan diri pada rokok bukan malah sebaliknya, peserta didik jadi
ingin mencoba rokok di karnakan proses penyuluhan yang tidak tuntas.
Jika
peserta didik sudah naik ke kelas 5, maka peranan guru / konselor sekolah
melakukan penekanan terhadap materi penyuluhan pada saat peserta didik ada di
kelas 4. Akan tetapi, konselor disini ikut berperan aktif melakukan dialog
dialog terbuka atau tertutup ( 4 mata ) dengan peserta didik dengan tujuan
untuk melakukan observasi secara langsung apakah proses bimbingan/ penyuluhan
yang sudah dilakukan berhasil atau tidak .
peserta didik sudah naik ke kelas 5, maka peranan guru / konselor sekolah
melakukan penekanan terhadap materi penyuluhan pada saat peserta didik ada di
kelas 4. Akan tetapi, konselor disini ikut berperan aktif melakukan dialog
dialog terbuka atau tertutup ( 4 mata ) dengan peserta didik dengan tujuan
untuk melakukan observasi secara langsung apakah proses bimbingan/ penyuluhan
yang sudah dilakukan berhasil atau tidak .
tak ada
gading yang tak retak, ya begitulah ungkapan bijak untuk menyatakan tidak
adanya yang sempurna di dunia ini. Dengan maksud bahwa ternyata pada saat
peserta didik kelas 6, ada peserta didik yang mengkonsumsi rokok. Disinalahh
konselor harus melakukan bimbingan konseling secara intensife dan bekerja sam
dengan pihak sekolah (wali kelas, guru PAI, kepala sekolah ) dan pihak keluarga
peserta didik agar peserta didik mau dan bias meninggalkan kebiasaan
mengkonsumsi rokoknya. Nasehat yang di
sertai ancaman vonis dari sekolah bagi peserta didik yang
mengkonsumsi rokok itupun bias di
sampaikan dalam proses bimbingan konseling
dengan tujuan untuk memberikan efek jera agar peserta didik tidak mengulangi
perbuatannya.
gading yang tak retak, ya begitulah ungkapan bijak untuk menyatakan tidak
adanya yang sempurna di dunia ini. Dengan maksud bahwa ternyata pada saat
peserta didik kelas 6, ada peserta didik yang mengkonsumsi rokok. Disinalahh
konselor harus melakukan bimbingan konseling secara intensife dan bekerja sam
dengan pihak sekolah (wali kelas, guru PAI, kepala sekolah ) dan pihak keluarga
peserta didik agar peserta didik mau dan bias meninggalkan kebiasaan
mengkonsumsi rokoknya. Nasehat yang di
sertai ancaman vonis dari sekolah bagi peserta didik yang
mengkonsumsi rokok itupun bias di
sampaikan dalam proses bimbingan konseling
dengan tujuan untuk memberikan efek jera agar peserta didik tidak mengulangi
perbuatannya.
Sederhana
memang penulis menyampaikan problem dan problem solvingnya hal ini taklain
karna keterbatasan penulis dalam menyampaikam permasalahan yang diharuskan di
utarakan dalam beberapa halaman saja. Bagi para pembaca diharapkan bersikap
bijak dalam membaca makalah ini sehingga mampu mngembangkan apa yang sudah
dibaca dan di sampaikankembali kepada masarakat luas.
memang penulis menyampaikan problem dan problem solvingnya hal ini taklain
karna keterbatasan penulis dalam menyampaikam permasalahan yang diharuskan di
utarakan dalam beberapa halaman saja. Bagi para pembaca diharapkan bersikap
bijak dalam membaca makalah ini sehingga mampu mngembangkan apa yang sudah
dibaca dan di sampaikankembali kepada masarakat luas.
Thursday, 8 January 2015
ilmu pendidikan agama islam: PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PEMBAHASAN
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:
1. Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
2. Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
3. Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
4. Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
A. Ruang Lingkup Psikologi
a. Cakupan ruang lingkup psikologi itu sangat luas, sebab individu manusia berada dalam berbagai posisi, kondisi dan tahap perkembangan yang setiap posisi.
Beberapa kategori bidang psikologi yaitu :
- Psikologi umum
- Psikologi sosial
- Psikologi pendidikan
b. Arti psikologi dan psikologi pendidikan
a. Psikologi berasal dari bahasa Yunani “Psyche” yang berarti jiwa atau napas hidup dan “logos” yang berarti “ilmu”.
Jadi dapat disimpulkan psikologi atau ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan atau prilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Misal : Interaksi orang tua dan anak di lingkungan keluarga, guru dan murid di sekolah, dokter dan pasien di rumah sakit dan lain-lain.
Kenyataan itu sudah tentu akan melahirkan problematika baru dalam psikologi dan menghendaki pengkajian secara khusus sehingga dari sini akan muncul beragam istilah psikologi yaitu :
Psikologi pendidikan, psikologi umum, sosial, psikologi keluarga, psikologi perusahaan dan lain-lain.
Namun dalam hal ini kita lebih terfokus pada psikologi pendidikan
- Pendapat para ahli tentang psikologi pendidikan
Crow and crow
Menyatakan bahwa psikologi pendidikan menjelaskan permasalahan-permasalahan yang dialami individu dari sejak lahir sampai lanjut usia, terutama menyangkut kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar.
With Erington
Berpendapat bahwa psikologi pendidikan atau studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang terdapat dalam pendidikan manusia.
Adapun dari pendapat-pendapat para ilmuan/para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan merupakan studi yang secara sistematis. Berkaitan dari proses pendidikan yang dialami oleh individu manusia khususnya belajar mulai sejak lahir sampai berusia lanjut.
B. Perkembangan Psikologi
a. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan psikologi
Untuk lebih jelas akan dilihat dari pendapat beberapa ahli :
- Dr. Kartini Kartono
Yang mengemukakan bahwa pertumbuhan atau perubahan secara psikologi sebagai hasil dari proses fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam fase peredaran waktu tertentu.
- Drs. Abu Ahmadi
Mengemukakan bahwa : Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materi dan sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan dan pertumbuhan itu tidak hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif karena tidak selamanya material itu bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif.
Material dari bahan-bahan kuantitatif misalnya : atom, sel, kromosom, rambut dan lain-lain sedangkan
Material yang berasal dari bahan-bahan kualitatif mislanya : kesan, keinginan, ide, gagasan, pengetahuan, nilai dan lain-lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan itu atau perubahan dan pertambahan kualitatif daripada setiap fungsi yang disebabkan adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar dari beberapa kesimpulan di atas dapat kita simpulkan bahwa pertumbuhan mengandung arti yang berbeda dari pribadi yang berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
Faktor yang mempengaruhi perkembangna anak
- Menurut Kartini Kartono antara lain faktor :
Herediter atau yang sering disebut faktor warisan atau bawaan.
Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan
- Abu Ahmadi juga mengemukakan teorinya yang berkenaan dengan perkmabgan anak seperti teori empirisme, teori nativisme, teori konvergensi, teori rekapitulasi, teori dinamika, teori kemungkinan berkembang dan teori interaksianisme.s
- Teori emperisme
Yang berpendapat bahwa pada dasarnya anak lahir di dunia perkembangannya ditentukan oleh adanya faktor luar atau lingkungan termasuk pengajaran dan pendidikan. (hadist kulu mauludin)
Read more ...
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:
1. Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
2. Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
3. Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
4. Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
A. Ruang Lingkup Psikologi
a. Cakupan ruang lingkup psikologi itu sangat luas, sebab individu manusia berada dalam berbagai posisi, kondisi dan tahap perkembangan yang setiap posisi.
Beberapa kategori bidang psikologi yaitu :
- Psikologi umum
- Psikologi sosial
- Psikologi pendidikan
b. Arti psikologi dan psikologi pendidikan
a. Psikologi berasal dari bahasa Yunani “Psyche” yang berarti jiwa atau napas hidup dan “logos” yang berarti “ilmu”.
Jadi dapat disimpulkan psikologi atau ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan atau prilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Misal : Interaksi orang tua dan anak di lingkungan keluarga, guru dan murid di sekolah, dokter dan pasien di rumah sakit dan lain-lain.
Kenyataan itu sudah tentu akan melahirkan problematika baru dalam psikologi dan menghendaki pengkajian secara khusus sehingga dari sini akan muncul beragam istilah psikologi yaitu :
Psikologi pendidikan, psikologi umum, sosial, psikologi keluarga, psikologi perusahaan dan lain-lain.
Namun dalam hal ini kita lebih terfokus pada psikologi pendidikan
- Pendapat para ahli tentang psikologi pendidikan
Crow and crow
Menyatakan bahwa psikologi pendidikan menjelaskan permasalahan-permasalahan yang dialami individu dari sejak lahir sampai lanjut usia, terutama menyangkut kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar.
With Erington
Berpendapat bahwa psikologi pendidikan atau studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang terdapat dalam pendidikan manusia.
Adapun dari pendapat-pendapat para ilmuan/para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan merupakan studi yang secara sistematis. Berkaitan dari proses pendidikan yang dialami oleh individu manusia khususnya belajar mulai sejak lahir sampai berusia lanjut.
B. Perkembangan Psikologi
a. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan psikologi
Untuk lebih jelas akan dilihat dari pendapat beberapa ahli :
- Dr. Kartini Kartono
Yang mengemukakan bahwa pertumbuhan atau perubahan secara psikologi sebagai hasil dari proses fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam fase peredaran waktu tertentu.
- Drs. Abu Ahmadi
Mengemukakan bahwa : Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materi dan sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan dan pertumbuhan itu tidak hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif karena tidak selamanya material itu bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif.
Material dari bahan-bahan kuantitatif misalnya : atom, sel, kromosom, rambut dan lain-lain sedangkan
Material yang berasal dari bahan-bahan kualitatif mislanya : kesan, keinginan, ide, gagasan, pengetahuan, nilai dan lain-lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan itu atau perubahan dan pertambahan kualitatif daripada setiap fungsi yang disebabkan adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar dari beberapa kesimpulan di atas dapat kita simpulkan bahwa pertumbuhan mengandung arti yang berbeda dari pribadi yang berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
Faktor yang mempengaruhi perkembangna anak
- Menurut Kartini Kartono antara lain faktor :
Herediter atau yang sering disebut faktor warisan atau bawaan.
Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan
- Abu Ahmadi juga mengemukakan teorinya yang berkenaan dengan perkmabgan anak seperti teori empirisme, teori nativisme, teori konvergensi, teori rekapitulasi, teori dinamika, teori kemungkinan berkembang dan teori interaksianisme.s
- Teori emperisme
Yang berpendapat bahwa pada dasarnya anak lahir di dunia perkembangannya ditentukan oleh adanya faktor luar atau lingkungan termasuk pengajaran dan pendidikan. (hadist kulu mauludin)
Subscribe to:
Posts (Atom)